Treble Pertama PSG, Treble Kedua Luis Enrique

MITOSBET – Paris Saint-Germain (PSG) resmi menapakkan kaki di jajaran elite sepak bola Eropa. Kemenangan 5-0 atas Inter Milan di final Liga Champions menandai tonggak sejarah baru: treble winners musim 2024/25. Untuk pertama kalinya, PSG menyapu bersih tiga gelar utama dalam satu musim—Ligue 1, Coupe de France, dan Liga Champions.

Pencapaian itu menjadi jawaban atas proyek ambisius mereka selama bertahun-tahun. Setelah memastikan gelar Ligue 1 lebih awal dan menutup musim domestik dengan kemenangan atas Reims di final Piala Prancis, PSG hanya tinggal menanti satu malam terakhir di Munich. Saat peluit panjang berbunyi di Allianz Arena, mimpi itu akhirnya jadi kenyataan.

Dominasi PSG atas Inter bukan sekadar soal skor besar. Ini tentang tim yang benar-benar sudah matang. Luis Enrique dan anak-anak asuhnya menunjukkan bahwa mereka tak lagi hanya jago kandang, tapi kini juga penguasa Eropa.

Enrique, Arsitek Kedua

Luis Enrique mencatat sejarah pribadi dalam perjalanan magis PSG musim ini. Pelatih asal Spanyol itu menjadi orang kedua yang mampu meraih treble bersama dua klub berbeda. Setelah Barcelona pada 2015, kini dia mengulanginya bersama PSG, sembilan tahun kemudian.

Konsistensi dan fleksibilitas jadi kunci suksesnya. Enrique meracik PSG dengan cara berbeda dibanding saat memimpin Barca. Bila dulu dia mengandalkan trio MSN, kini dia membangun kekuatan kolektif yang nyaris tanpa cela dari lini belakang hingga lini serang.

Di daftar elite pelatih dengan pencapaian treble, hanya Josep Guardiola yang punya catatan lebih langka. Guardiola melakukannya bersama Barcelona dan Manchester City. Kini, Enrique menyusul sebagai bukti bahwa dirinya bukan hanya pelatih bagus, tapi juga pelatih bersejarah.

Menyusul Klub-klub Legendaris

PSG kini berdiri sejajar dengan klub-klub legendaris yang pernah menorehkan treble. Mereka menjadi klub ke-11 yang sukses meraih tiga gelar utama dalam semusim, mengikuti jejak Ajax, Manchester United, hingga Bayern Munchen. Ini bukan sekadar kemenangan; ini validasi bahwa proyek PSG akhirnya berhasil.

Inter Milan, yang pernah mengecap treble di musim 2009/10, harus mengakui keunggulan Achraf Hakimi dan kawan-kawan. Bahkan Barcelona—yang juga sempat mengincar treble musim ini—dihentikan Inter di semifinal. Namun, ironi terjadi ketika PSG yang justru menghabisi Inter di final dengan cara paling meyakinkan.

  • 1966/67: Celtic
  • 1971/72: Ajax
  • 1987/88: PSV Eindhoven
  • 1998/99: Manchester United
  • 2008/09: Barcelona
  • 2009/10: Inter Milan
  • 2012/13: Bayern Munchen
  • 2014/15: Barcelona
  • 2019/20: Bayern Munchen
  • 2022/23: Manchester City
  • 2024/25: PSG

Menariknya, PSG menjadi klub Prancis pertama yang berhasil meraih treble. Mereka menghapus bayang-bayang kegagalan masa lalu, termasuk kekalahan menyakitkan di final Liga Champions 2020. Kini, mereka bukan lagi ‘hampir juara’, tapi benar-benar sang juara.

Treble Itu Soal Konsistensi

Memenangi treble bukan perkara instan. Butuh konsistensi, kedalaman skuad, dan kejelian taktik di sepanjang musim. PSG berhasil menunjukkan semua itu dalam tiga kompetisi berbeda—tanda jelas dari tim yang telah matang secara struktur dan mental.

Ligue 1 mereka kunci tanpa gangguan berarti. Coupe de France mereka raih dengan dominasi. Liga Champions? Mereka tutup dengan pesta lima gol tanpa balas di final. Semua dijalani dengan tempo stabil dan pendekatan yang terukur.

Dalam sejarah panjang sepak bola, hanya segelintir tim yang mampu melakukan ini. PSG kini masuk dalam daftar itu, dan lebih penting lagi, mereka melakukannya dengan gaya. Treble ini bukan akhir cerita, tapi awal dari babak baru dalam perjalanan PSG membangun dinasti di Prancis dan Eropa.